Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mengaku nyaman disopiri Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. Menurut Ketua DPP Gerindra, Habiburokhman bahwa Prabowo dan Jokowi adalah sahabat.
“Ya memang Pak Jokowi terlihat sangat nyaman ketika bersama-sama Pak Prabowo seperti saat naik maung itu. Itulah kalau sudah jadi bestie, alias sahabat seperjuangan, saling merasa cocok baik dalam konteks pemikiran maupun aktivitas sehari-hari,” kata Ketua DPP Gerindra, Habiburokhman saat dihubungi, Kamis (10/8/2023) dilangsir detiknews.
Menyetir mobil bersama pemimpin negara memerlukan kehati-hatian tutur Habiburokman. Ia juga mengaku pernyataan Jokoi dianggap sebagai dukungan terhadap Prabowo
Habibburokhman menegaskan Prabowo akan berkomitmen melanjutkan program Jokowi jika ia nantinya mendapat kesempatan menjadi Presiden Indonesia.
Pujian Jokowi kepada Prabowo disampai saat mereka berdua bertemu dengan sejumlah pemimpin redaksi media di Istana Kepresidenan.
Presiden Jokowi tengah membicarakan tentang pertumbuhan ekonomi. Selai itu juga ditanyakan kesan Jokowi disopiri Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
“Pak Prabowo bagus banget nyetirnya, halus banget, sehingga rasanya nyaman,” kata Jokowi.
Momen mesra itu terekam saat Presiden Jokowi, Menhan Prabowo Subianto, Menteri Bumn Erick Thohir lakukan kunjungan kerja di Pt Pindad, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Prabowo menyopiri Erick Thohir yang duduk di kursi depan di sebelahnya. Sementara itu, Jokowi dan Iriana ada di kursi belakang disopiri Prabowo.
Ditektur Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno melihat pernyataan Presiden Jokowi yang mengaku nyaman karena disopiri Menteri Pertahanan (Menhan). Adi menilai ini tentu ada kaitan dengan dukungan Jokowi untuk pilpres 2024 mendatang.
Adi juga berbicara soal bahasa semantik. Ia menyebut bisa jadi makna Jokowi nyaman disopiri berarti semua legasi yang selama ini dilakukan Jokowi bisa dilanjutkan dengan aman oleh Capres Gerindra Prabowo Subianto.
Pernyataan Jokowi tentunya akan sangat menguntungkan Prabowo beserta relawannya karena dianggap iru sebagai sebuah dukungan.
Bahasa semantik dalam politik merujuk pada penggunaan kata-kata, frasa, dan bahasa secara umum dalam konteks politik yang memiliki makna dan implikasi yang khusus. Dalam politik, penggunaan bahasa semantik sering kali memiliki tujuan untuk mempengaruhi persepsi, pendapat, dan sikap masyarakat terhadap isu-isu politik atau individu tertentu.
Beberapa contoh penggunaan bahasa semantik dalam politik meliputi:
1. Retorika Politik Politisi sering menggunakan retorika yang kuat dan kiasan dalam pidato mereka untuk menyoroti isu-isu tertentu atau untuk membangkitkan emosi masyarakat. Misalnya, penggunaan istilah “perang melawan kemiskinan” atau “perjuangan untuk keadilan” memiliki efek emosional yang dapat memengaruhi pandangan publik.
2. Pembingkaian Isu (Framing) Bahasa semantik juga dapat digunakan untuk membingkai atau mengubah cara seseorang memahami suatu isu. Misalnya, istilah “reformasi” dapat memberikan konotasi positif pada suatu perubahan politik, sedangkan istilah “pemberontakan” dapat memberikan konotasi negatif.
3. Pelabelan Penggunaan label atau istilah tertentu untuk menggambarkan lawan politik atau kelompok tertentu dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap mereka. Contohnya, memberikan label “ekstremis” atau “radikal” pada suatu kelompok dapat menciptakan opini negatif terhadap mereka.
4. Eufemisme Penggunaan eufemisme atau istilah yang lebih ringan untuk menggambarkan suatu kebijakan atau tindakan politik tertentu dapat membuatnya terdengar lebih positif. Misalnya, istilah “penyesuaian pajak” bisa digunakan sebagai eufemisme untuk kenaikan pajak.
5. Metafora Politik Metafora dalam bahasa politik dapat menggambarkan suatu situasi politik atau kebijakan dengan cara yang lebih mudah dimengerti dan menghidupkan gambaran yang kuat. Misalnya, metafora “membangun jembatan” dapat digunakan untuk menggambarkan usaha untuk menghubungkan kelompok-kelompok yang berbeda dalam politik.
Bahasa semantik dalam politik dapat memiliki dampak besar pada persepsi dan pemahaman masyarakat terhadap isu-isu politik, dan seringkali digunakan dengan tujuan mempengaruhi dukungan publik atau mengubah persepsi terhadap suatu hal.