Alaku
Alaku
Alaku
Berita Terkini

Kualitas Fasilitator sebagai Kunci Keberhasilan Pembangunan Desa dan Kawasan Pedesaan

×

Kualitas Fasilitator sebagai Kunci Keberhasilan Pembangunan Desa dan Kawasan Pedesaan

Sebarkan artikel ini
Kualitas Fasilitator
Kualitas Fasilitator sebagai Kunci Keberhasilan Pembangunan Desa dan Kawasan Pedesaan

Jakarta, repoeblik – Dalam upaya memajukan pembangunan desa dan kawasan pedesaan, peran fasilitator menjadi krusial sebagai kunci keberhasilan. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, Abdul Halim Iskandar, menekankan pentingnya kualitas fasilitator atau pelatih dalam acara Training of Trainer (ToT) yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi pegiat desa dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Fasilitator yang berkualitas diharapkan mampu memberikan bimbingan teknis yang tepat bagi para pegiat desa, sehingga pembangunan di tingkat desa dapat berjalan efektif dan berdampak positif bagi kemajuan nasional secara keseluruhan. Artikel ini akan membahas peran penting fasilitator dalam mencapai tujuan pembangunan desa dan kawasan pedesaan serta upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas tenaga pendamping profesional.

Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Republik Indonesia, Abdul Halim Iskandar, menegaskan bahwa salah satu faktor kunci untuk keberhasilan pembangunan desa terletak pada kualitas pelatih atau fasilitator yang terlibat dalam kegiatan pembangunan.

Baca Juga:  Rp10,8 Miliar Digelontorkan! Jalan S. Parman OTW Jadi “Malioboro”-nya Bengkulu

Pernyataan ini disampaikan oleh Mendes PDTT saat memberikan pengarahan dalam acara Trainu5;ing of Trainer (ToT) Peningkatan Partisipasi Pegiat Desa dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa tahun 2023 di Surabaya pada Sabtu, 22 Juli 2023.

Gus Halim, sapaan akrab Menteri Abdul Halim Iskandar, mengungkapkan pentingnya peningkatan kualitas tenaga pendamping profesional (TPP) sebagai fasilitator dalam kegiatan bimbingan teknis bagi para pegiat desa. Saat ini, ada rencana untuk melibatkan lima kader pegiat desa dari setiap desa untuk mengikuti pelatihan ini.

“Kualitas pelatihan salah satu kuncinya adalah kualitas dari pelatihnya. Makanya dilatih dulu, Training of Trainer, pelatihan pelatih. Syaratnya satu, serius mengikuti forum ini, mendalami betul dan mengimplementasikan dengan baik,” ujarnya, dikutip dari Kemendesa.

Baca Juga:  Bupati Kaur Terima Ambulans Gratis dari Helmi-Mian

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) berusaha meningkatkan kualitas fasilitator melalui Training of Trainer (ToT) sebelum mereka berperan di lapangan untuk memberikan bimbingan teknis bagi para pegiat desa. Gus Halim menekankan bahwa kualitas fasilitator menjadi salah satu kunci suksesnya suatu kegiatan. Oleh karena itu, ia berharap TPP yang terpilih mengikuti forum ini dengan serius, memahami materi dengan baik, dan mengimplementasikannya dengan tepat.

Gus Halim juga menyoroti pentingnya forum ini sebagai percontohan bagi daerah lain. Training of Trainer yang sedang berlangsung di Jawa Timur akan menjadi acuan bagi daerah-daerah lain dalam pelatihan dan bimbingan teknis bagi pegiat desa. Setelah selesai di Jawa Timur, pelatihan ini akan diterapkan di daerah-daerah lainnya. Dengan demikian, hasil dari pelatihan ini akan menjadi acuan untuk mengevaluasi keberhasilan dan kelemahan dalam bimbingan teknis pegiat desa.

Baca Juga:  Sulit Penuhi Tuntutan Dana Desa 10% dari APBN, Waka DPR Ungkap Alasannya Terjadi

Menteri Gus Halim berpesan kepada peserta Training of Trainer untuk melakukan yang terbaik dalam kegiatan ini. Ia berharap mereka diberikan kekuatan dan kesehatan baik secara fisik maupun mental dalam mengabdi kepada bangsa dan negara.

Pelatihan ini turut dihadiri oleh Sekretaris BPSDM Asnawi Sabil, Kepala Pusat PPMDDTT Yusra, serta pendamping desa di Kabupaten Gresik, Mojokerto, Sumenep, Jember, dan Bojonegoro.

Dengan meningkatnya kualitas fasilitator dan pelatihan bagi pegiat desa, diharapkan pembangunan desa, kawasan pedesaan, dan daerah tertinggal di Indonesia dapat berjalan lebih efektif dan berdampak positif bagi masyarakat desa serta pembangunan nasional secara keseluruhan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *