Kronologi Kematian pembunuhan dan pengeroyokan terhadap Sa’ali (73), seorang warga RT.1 Kelurahan Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuklinggau Barat I, mengalami perkembangan mengejutkan. Pasca-investigasi, polisi mengumumkan bahwa laporan tersebut adalah palsu, dan dua orang cucu korban, yakni HA (18) dan adiknya DE (14), telah diamankan dalam dugaan rekayasa kasus tersebut.
Insiden yang menggegerkan warga Lubuklinggau Barat I terjadi pada tanggal 20 September 2023 ketika Sa’ali ditemukan terluka parah di depan rumahnya. Ia segera dilarikan ke rumah sakit setempat dengan luka-luka serius. Keluarga Sa’ali menduga bahwa lansia tersebut telah menjadi korban pembunuhan dan pengeroyokan yang brutal.
Namun, setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut oleh pihak kepolisian, terungkap bahwa laporan Kronologi Kematian tersebut tidak memiliki dasar yang kuat. Tim forensik menemukan bahwa cedera pada Sa’ali tidak sesuai dengan tindakan kekerasan fisik yang signifikan. Selain itu, tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa Sa’ali telah dianiaya atau dibunuh oleh pihak ketiga.
Kronologi Kematian peristiwa dimulai pada Kamis, 21 September 2023, sekitar pukul 13.30 WIB. Saat itu, dua tersangka, HA (18) dan adiknya DE (14), pergi ke kebun kakeknya, Sa’ali, yang terletak di seberang Sungai Kelingi. Tujuan mereka adalah membantu membersihkan dan memotong rumput di kebun tersebut.
Setiba di kebun, HA dan DE dengan baik hati membantu kakek mereka dalam pekerjaan tersebut. Mereka bekerja bersama-sama memotong rumput yang tumbuh liar di sekitar area kebun. Namun, ketika pekerjaan hampir selesai, mereka mendengar suara Sa’ali yang berteriak kesakitan.
Keduanya segera bergegas mendekati kakek mereka, dan di sinilah awal mula kesalahpahaman terjadi. Sa’ali, dalam kondisi sakit akibat penyakit rematiknya yang telah lama dideritanya, hampir saja terjatuh. Dia mengeluhkan rasa sakit di lututnya yang merupakan gejala dari rematiknya yang kumat.
Ketika HA dan DE mendapati kakek mereka dalam keadaan seperti ini, mereka terkejut dan mungkin juga panik. Sebagai cucu yang peduli, mereka mungkin khawatir tentang kesehatan kakek mereka yang semakin memburuk. Namun, tanpa pemahaman medis yang memadai dan karena ketakutan, mereka kemudian membuat keputusan yang keliru.
Pada Kamis sore, HA dan DE pergi bersama ke kebun milik kakek mereka yang berada di seberang Sungai Kelingi. Tujuan mereka adalah untuk membantu membersihkan kebun dan rumput liar di sekitarnya.
Setibanya di kebun, mereka menemukan Sa’ali yang sedang mengalami kesulitan akibat rematik yang kambuh. Sa’ali hampir terjatuh dan merasa kesakitan. Dengan niat baik, HA dan DE ingin membantu kakek mereka dengan membawanya ke pondok untuk beristirahat.
Namun, Sa’ali menolak tawaran tersebut. Alih-alih minta dibawa ke pondok, ia meminta agar mereka membuatkan kopi untuknya. Dengan penuh kepedulian, DE segera menyetujui permintaan kakeknya dan mulai membuat kopi di pondok kecil di dekat kebun.
Sementara DE sibuk membuat kopi, HA mulai merasa lapar. Dia mengajak adiknya pulang untuk makan karena merasa kakek mereka akan lebih baik setelah minum kopi. Keduanya memutuskan untuk pulang sambil membawa senapan angin yang biasanya digunakan untuk menjaga kebun dari hewan liar.
Namun, di perjalanan pulang, tak ada yang menduga bahwa sebuah insiden tak terduga akan terjadi. HA dan DE mendapati seorang pria bernama Syahril, yang dikenal dengan nama Ril, sedang mengambil batu di tepian Sungai Kelingi di dekat kebun milik Sa’ali.
Tanpa diduga, insiden tersebut berujung pada sebuah konfrontasi. Ril tampak marah dan terlibat dalam pertengkaran dengan HA dan DE. Karena merasa terancam, HA dan DE merasa perlu untuk mempertahankan diri, dan mereka menggunakan senapan angin yang mereka bawa sebagai tindakan pertahanan.
Pada saat Kronologi Kematian terjadi, HA dan adiknya DE (14) sedang dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi kebun milik kakek mereka, Sa’ali. HA dan DE membawa senapan angin sebagai perlengkapan biasa untuk menjaga kebun dari hewan liar. Namun, di tengah perjalanan pulang, mereka mendapati Syahril sedang mengambil batu di tepian Sungai Kelingi.
Tanpa adanya provokasi yang jelas, HA tiba-tiba menembakkan senapan anginnya ke arah ban yang dipakai oleh Syahril. Akibat tembakan itu, ban tersebut pecah, menciptakan keadaan yang tegang di antara mereka.
Namun, yang membuat Kronologi Kematian ini semakin serius adalah tindakan HA setelah itu. Meskipun Syahril mencoba melarikan diri, HA menembak ke arah Syahril hingga lima kali. Tembakan-tembakan tersebut mengguncang warga sekitar, dan banyak yang panik dan mencari perlindungan.
Pihak berwajib segera dihubungi dan tiba di tempat kejadian untuk mengatasi situasi yang semakin memanas. Mereka berhasil menangkap HA dan mengamankannya, sementara Syahril berhasil melarikan diri dari tempat kejadian dengan luka ringan.
Kepala Kepolisian Resor Lubuklinggau, AKBP Indra Arya Yudha, mengomentari insiden ini dalam konferensi persnya. “Kami telah mengamankan HA sebagai tersangka utama dalam insiden ini dan sedang menyelidiki motif dan penyebab penembakan tersebut. Kami juga sedang melakukan pengejaran terhadap Syahril untuk dimintai keterangan,” kata Kapolres.
Setelah insiden yang mengguncang kawasan Lubuklinggau Barat I, HA (18) dan adiknya DE (14) melakukan kunjungan ke rumah bibi mereka, Desi. Pertemuan keluarga ini berlangsung setelah mereka makan bersama di rumah Desi.
Usai makan, suasana menjadi lebih tenang, dan keluarga mulai membicarakan kondisi nenek mereka, Sa’ali, yang masih belum pulang ke rumah. Dalam percakapan ringan, Dedi, salah satu anggota keluarga, mengajukan pertanyaan yang menggelitik, “Ngapo Nenek (Sa’ali, red) belum balik, kakek ada apa-apa sama dia?”
Pertanyaan Dedi menciptakan momen kebingungan sejenak di antara mereka. HA dan DE, yang telah terlibat dalam insiden kontroversial dengan Syahril alias Ril di kebun Sa’ali, tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan tersebut. Mereka berusaha menjelaskan bahwa mereka telah membantu Sa’ali dengan baik di kebun sebelum pulang ke rumah.
Namun, anggota keluarga lainnya mulai curiga karena tidak mendapatkan informasi yang jelas tentang keadaan Sa’ali setelah insiden tersebut. Mereka tidak mengetahui bahwa kakek mereka sebenarnya merasa tidak sehat akibat rematik dan ingin minum kopi yang dibuat oleh DE.
Saat mereka tiba di kebun, mereka mendapati Sa’ali sudah terkapar di tepian Sungai Kelingi. Kondisinya sangat memprihatinkan, basah kuyup, dan di bagian mulutnya mengeluarkan busa atau buih. HA segera menyadari bahwa situasi ini sangat serius dan meminta DE untuk segera pulang memberitahu Desi, bibi mereka, tentang apa yang terjadi.
DE dengan cepat kembali ke rumah dan memberitahu Desi tentang kondisi Sa’ali. Desi dan DE segera bergegas kembali ke kebun untuk membantu. Begitu tiba di sana, Dedi, anggota keluarga lainnya, memberikan minum kepada ayahnya, Sa’ali.
Namun, Sa’ali menolak minuman dan langsung muntah mengeluarkan darah, menambah kekhawatiran semua orang di sana. Karena panik dan melihat kondisi yang semakin memburuk, Desi bersama-sama dengan HA dan DE, mengambil keputusan cepat untuk membawa Sa’ali pulang dengan cara digendong.
Perjalanan pulang itu pasti tidak mudah, mengingat kondisi Sa’ali yang semakin melemah. Mereka mencari pertolongan medis secepat mungkin, dan Sa’ali segera dilarikan ke rumah sakit setempat.
Namun, situasi ini masih belum berakhir. Sekitar pukul 16.30 WIB, setelah Desi, bibi HA dan DE, pulang ke rumah, muncul Ketua RT.1 Lubuk Tanjung, Darus Salam. Ia mencari HA dan DE, dengan dugaan bahwa keduanya terlibat dalam insiden tembak-menembak dengan Syahril yang mencari batu di Sungai Kelingi.
Pihak berwajib telah menerima laporan bahwa Syahril mengalami luka tembak di tangan kanan dan punggung kanan sebagai akibat dari insiden tersebut. Kasus ini sedang dalam penyelidikan oleh Polsek Lubuklinggau Barat.
HA (18) dan DE (14) mengakui bahwa mereka telah merekayasa laporan palsu terkait insiden tersebut.
Desi, yang sedang berduka atas kepergian Sa’ali, memutuskan untuk melapor ke polisi karena beberapa hal yang mencurigakan terkait kematian ayahnya. Laporan tersebut menciptakan lapisan baru dalam penyelidikan yang semakin rumit oleh pihak berwajib.
Kasat Reskrim Polres Lubuklinggau, AKP Robi Sugara, menjelaskan bahwa setelah melibatkan HA dan DE dalam penyelidikan lebih lanjut, keduanya akhirnya mengakui bahwa mereka telah membuat laporan palsu. Alasannya, mereka mengaku takut setelah terlibat dalam insiden penembakan yang melibatkan Syahril alias Ril di Sungai Kelingi.
“Setelah dikonfrontasi, HA dan DE mengakui, kalau mereka takut usai melakukan penembakan. Makanya mereka merekayasa laporan palsu,” jelas Kasat Reskrim.