Pengalaman tidak menyenangkan seorang penumpang TransJakarta menjadi viral di media sosial setelah dia menceritakan insiden dipukuli oleh seorang pria saat menaiki bus. Penumpang tersebut adalah Ziel, yang pada saat kejadian baru saja pulang dari menonton festival di Senayan, Jakarta Pusat, pada Sabtu (8/7/2023). Ziel naik bus TransJakarta dari Halte Senayan JCC menuju Pinang Ranti.
“Mau cerita hari ini I was chilling in the bus going home after watching reality club and then tiba-tiba gue dipukul sama bapak-bapak di salah satu bus @PT_Transjakarta life can be so random sometimes,” cuit Ziel di Twitter, seperti dilihat Minggu (9/7). Ziel telah mengizinkan cuitannya itu untuk dikutip.
Ziel, penumpang TransJakarta yang mengalami insiden tersebut, menjelaskan bahwa saat itu dia hanya sedang menggunakan ponselnya dan mengambil foto selfie. Tiba-tiba, seorang pria memukulnya di wajah. Ziel juga melampirkan foto selfie dan foto yang buram karena diambil saat dia sedang dipukul.
“Pertama, dia memukul saya di wajah dan saya kaget, saya berkata ‘Ada apa, pak? Mohon maaf jika saya melakukan kesalahan’. Kemudian dia melanjutkan dengan memukul saya untuk kedua kalinya, sehingga saya jatuh seperti yang terlihat pada foto di atas. Video di bawah ini saya ambil setelah saya jatuh, dengan bantuan penumpang lainnya,” tulis Ziel.
Pada saat kejadian tersebut, Ziel menyebut bahwa penumpang lainnya menjauh dan tidak berani menghadapi pria yang memukulnya. Salah satu penumpang bahkan bertanya kepada Ziel apa yang telah dia lakukan sehingga memicu pria tersebut untuk melancarkan pukulan.
“Kemudian, saya merasa ditenangkan oleh dua orang penumpang laki-laki. Mereka memberikan saya minum dan meminta saya melapor saat turun. Kejadian ini terjadi sekitar pukul 20.36, di dalam bus kecil dengan kode 138 (satu penumpang memberitahu saya), di sebelum mencapai Halte Garuda Taman Mini,” jelasnya.
Setelah itu, Ziel turun di Halte Garuda Taman Mini. Dia kemudian disarankan untuk melapor kepada petugas TransJakarta yang berada di halte tersebut.
“Saya kemudian turun di Halte Garuda Taman Mini dan disarankan untuk melaporkan kejadian tersebut kepada pihak @PT_Transjakarta yang ada di halte tersebut. Saya sangat gemetar dan pelaku terlihat sangat marah. Saya takut dipukul lagi, jadi saya berdiri dekat dengan salah satu penumpang,” ungkapnya.
Ziel juga menjelaskan luka yang dideritanya. Dia merasakan sakit pada hidungnya, bajunya menjadi kotor karena terjatuh saat dipukuli, dan jam tangannya pecah.
Saat berada di halte, Ziel menyebut bahwa pelaku berhasil ditangkap oleh petugas TransJakarta dan dibantu oleh seorang ojol. Setelah itu, Ziel mencari polisi terdekat untuk melaporkan kejadian tersebut.
“Ketika saya turun di halte, saya diantar oleh penumpang lainnya untuk mencari polisi terdekat (ada polantas di sana). Sebenarnya, saya tidak ingin masalah ini menjadi semakin rumit, tetapi orang lain menyarankan saya untuk melaporkannya kepada polisi,” ujarnya.
Ziel menyebut pelaku sempat berusaha untuk kabur saat ditangkap warga. Ziel dan pelaku kemudian dibawa ke Polsek Makassar.
“Terus dia tadi berusaha kabur tapi ditangkep sama warga sekitar, dibawa ke polsek. Waktu proses dibawa, pak polantas nyari angkot dan gue heran kenapa gue dimasukin satu angkot sama bapaknya,” tutur dia. Yang dikutip dari detik.com
Pada saat berada di dalam angkot, Ziel mengalami kejadian di mana dia dianiaya oleh pelaku. Pukulan tersebut juga mengenai petugas TransJakarta yang turut mengantarkan Ziel ke kantor polisi.
Setelah tiba di kantor polisi, pelaku dimintai keterangan oleh polisi. Ziel menyebut bahwa pelaku tidak dapat menunjukkan kartu identitasnya.
“Saat diinterogasi oleh polisi, dia tidak memiliki identitas, dan polisi mengatakan mungkin dia orang dengan gangguan jiwa karena percakapannya tidak koheren. Jika tidak salah, alasan pelaku adalah ‘Dia suka menghina saya sebagai orang gila di Kramat Jati’, padahal saya tidak tinggal di Jakarta,” ucap Ziel.
Kemudian Ziel mendapatkan penjelasan dari polisi bahwa pelaku tidak dapat diadili secara hukum karena diduga mengalami gangguan jiwa. Ziel menyebut bahwa pelaku akan dibawa ke panti sosial.
“Akhirnya saya membuat surat pernyataan saja, dan polisi setuju untuk membawanya ke dinas atau panti sosial karena ada potensi bahaya jika dibiarkan begitu saja. Memang, penumpang lain juga merasa takut. Saya tahu betul bahwa dia tidak bisa dihukum, dan saya pun tidak menginginkannya karena saya baik-baik saja, tapi…” cuitnya.
“Harapannya adalah agar kejadian seperti ini tidak terulang di bus TransJakarta. Karena akhir-akhir ini saya juga merantau dan tidak tahu perkembangan TransJakarta, tetapi di bus tersebut tidak ada staf lain selain sopir. Mungkin jika ada staf seperti biasanya, situasinya bisa lebih baik,” tambahnya. “Harap ada pramusapa di setiap bus.”
Kemudian detikcom menghubungi Ziel, dan Ziel menyebut bahwa saat kejadian, petugas TransJakarta telah mencatat identitasnya.
“Selebihnya, tidak ada tindak lanjut mengenai prosesnya. Saya juga sempat menyebut akun TransJakarta di thread saya agar masalah serupa dapat diproses lebih cepat. Sebenarnya, pelaku juga sudah ditangkap,” kata Ziel saat dihubungi detikcom, Minggu (9/7).
Ziel berharap setiap bus TransJakarta dilengkapi dengan pramusapa agar petugas dapat merespons dengan cepat.
“Saya hanya berharap agar pihak TransJakarta dapat mengadakan pramusapa atau petugas keamanan di setiap bus mereka,” jelasnya.
TransJakarta kemudian memberikan tanggapan terkait insiden pemukulan tersebut. Kepala Departemen Hubungan Masyarakat dan CSR TransJakarta, Wibowo, menyatakan bahwa TransJakarta telah mendampingi korban dalam melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib.
“TransJakarta telah mendampingi korban untuk melaporkan ke pihak berwajib,” kata Bowo saat dihubungi pada Senin (10/7/2023).
Bowo menyebutkan bahwa pelaku telah diserahkan ke kepolisian. Mengenai status pelaku sebagai orang dengan gangguan jiwa atau tidak, Bowo menyerahkan penentuan tersebut kepada pihak terkait.
“Pelaku telah diamankan dan diserahkan ke kepolisian. Mengenai statusnya, itu akan ditentukan oleh lembaga yang berwenang seperti rumah sakit atau Dinas Sosial,” ungkapnya.
Untuk mencegah terjadinya kejadian serupa, Bowo menyebut bahwa TransJakarta menggunakan CCTV dan menyediakan petugas pramusapa di dalam bus sebagai langkah pencegahan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.
“Dengan adanya perangkat CCTV dan petugas pramusapa yang sigap, TransJakarta mengambil langkah pencegahan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan,” ucapnya.