Indonesia, Repoeblik – Akhir-akhir ini, kita semua merasakan dampak nyata dari perubahan iklim yang semakin terasa di seluruh dunia. Suhu bumi yang terus meningkat menjadi isu hangat dan Program Kampung Iklim, dan Indonesia bukanlah pengecualian. Berbagai sumber menyebutkan bahwa suhu udara mencapai angka 43 derajat Celcius, meningkatkan risiko kebakaran di berbagai wilayah.
Tidak hanya sekadar laporan statistik, tetapi serentetan berita tentang kebakaran lahan yang terjadi di beberapa daerah mulai dari Gunung Lawu hingga Gunung Merbabu, serta di wilayah perkebunan hingga perumahan, semakin sering menghiasi media. Kondisi ini tidak hanya mengkhawatirkan bagi keberlanjutan lingkungan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, diperkirakan bahwa kondisi ini merupakan salah satu dampak dari pemanasan global atau perubahan iklim yang tengah terjadi di seluruh dunia. Indonesia, sebagai salah satu negara yang terletak di wilayah tropis, menjadi lebih rentan terhadap perubahan cuaca yang ekstrem.
Sejalan dengan kondisi ini, muncul suatu pemikiran yang cukup relevan untuk diadopsi oleh masyarakat luas: “Think globally, act locally” atau “Berpikir secara global, bertindak secara lokal.” Slogan ini mendorong kita untuk memperhatikan kesehatan seluruh planet dan mengambil tindakan nyata di komunitas dan kota kita masing-masing.
Slogan ini, jika diterjemahkan dalam konteks lingkungan di Indonesia, memiliki arti yang dalam. Ini berarti mengajak masyarakat untuk memulai dari lingkungan sekitarnya, seperti desa atau kampung halaman. Artinya, tidak hanya terfokus pada dampak global dari perubahan iklim, tetapi juga pada tindakan nyata yang dapat diambil untuk menjaga keberlanjutan lingkungan di tingkat lokal.