BENGKULU hari ini ibarat kapal besar yang baru menemukan angin segar. Gubernur Helmi Hasan mendorong target pertumbuhan ekonomi 8%, angka yang cukup berani untuk provinsi berpenduduk sekitar 2 juta jiwa. Namun ambisi besar selalu datang dengan tiga hal: tantangan, peluang, dan keunggulan.
Keunggulan pertama Bengkulu adalah stabilitas tenaga kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hanya 3,24%, terendah se-Sumatera, sebuah sinyal bahwa mesin ekonomi mulai menyala. Kedua, Bengkulu punya komoditas kuat: kopi robusta dan hasil laut. Selama puluhan tahun ini dijual mentah, tetapi sekarang pemerintah mulai mengarahkan pengolahan di dalam daerah. Ketiga, posisi geografis di tepi Samudera Hindia adalah bonus tersendiri. Dengan Pelabuhan Pulau Baai dan rencana tol Bengkulu–Lubuklinggau, Bengkulu punya fondasi menjadi pintu ekspor barat Sumatera.
Peluang terbesar datang dari rencana kawasan industri seluas ±100 hektare di area pelabuhan. Jika berjalan, Bengkulu tidak hanya menjual biji kopi, tapi juga produk olahan bernilai tinggi. Forum investasi BRIEF 2025 membuka pintu besar, memamerkan potensi daerah, dari ekspor kopi premium hingga produk perikanan beku. Investor suka dua hal: kepastian dan biaya logistik murah. Bengkulu sedang mengarahkan keduanya.













