China, Alaku News – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Indonesia, Abdul Halim Iskandar, yang akrab disapa Gus Halim, memberikan pidato memukau dalam pembukaan Benchmarking Study di Beijing, China. Dalam sambutannya, Profesor Kehormatan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini menekankan pentingnya kerja sama antarnegara dalam mengatasi tantangan pembangunan di wilayah desa dan daerah tertinggal.
Pada acara yang dihadiri oleh sejumlah pemangku kepentingan dalam bidang pembangunan pedesaan dan daerah tertinggal, Gus Halim memaparkan visi dan keyakinannya akan peran penting kerja sama antara Indonesia dan China dalam upaya meningkatkan pembangunan pedesaan dan daerah terpinggirkan. Ia menekankan bahwa kedua negara memiliki banyak kesamaan dalam hal pembangunan pedesaan, yang dapat saling memperkuat melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman.
Gus Halim menyatakan dilangsir melalui website Kemendes, “Indonesia dan China memiliki tantangan serupa dalam upaya mengatasi kesenjangan pembangunan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Kami percaya bahwa kolaborasi antara kedua negara dapat menjadi kunci sukses dalam memecahkan masalah ini.” Ia menambahkan bahwa Indonesia telah mencapai sejumlah pencapaian signifikan dalam pembangunan pedesaan, namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan.
Menteri Gus Halim juga membagikan beberapa inisiatif dan program yang telah dijalankan oleh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup warga pedesaan, termasuk program desa mandiri, program transmigrasi, dan pengembangan infrastruktur pedesaan. Ia berharap bahwa melalui pertukaran pengetahuan dan praktik terbaik antara kedua negara, Indonesia dan China dapat mencapai kemajuan yang lebih besar dalam mendorong pembangunan di wilayah desa dan daerah tertinggal.
Para peserta Benchmarking Study di Beijing, China, merespon dengan baik pidato mendalam Menteri Gus Halim, mengakui pentingnya kerja sama lintas negara dalam menghadapi tantangan pembangunan di wilayah pedesaan dan daerah terpinggirkan. Pidato tersebut memperkuat komitmen kedua negara untuk saling mendukung dalam upaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
