Jakarta, Alaku News – Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data terbaru yang mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023. Menurut laporan tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 4,94% year on year (yoy), atau tak sampai mencapai target 5%. Hal ini menciptakan kekhawatiran di kalangan pejabat pemerintah dan ekonomi.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, terdapat data dari BPS yang menunjukkan tingkat konsumsi lebih rendah dibanding ekspektasi pemerintah. Dalam sebuah konferensi pers yang digelar di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Menteri Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, “Tentu kita melihat dari sisi 4,94% dibandingkan outlook yang selama ini disampaikan, untuk konsumsi yang dikeluarkan BPS relatif lebih rendah dari yang kita ekspektasi. Kita lihat consumer confidence tinggi namun translation-nya kepada consumption tidak setinggi yang kita harapkan.”
Menteri Sri Mulyani Indrawati juga menambahkan bahwa pemerintah akan melakukan analisis lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor apa yang dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat konsumsi. Dia mengatakan, “Kita lihat pengaruhnya apakah psikologis, El Nino, harga beras naik, dan berbagai faktor, kita perlu lihat.” Dilangsir Detik Finance.
Sebuah pernyataan resmi dari Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap lesunya perekonomian Indonesia pada kuartal III-2023. Salah satu faktor kunci adalah kontraksi dalam konsumsi pemerintah yang mencapai 3,76%, dengan distribusi sebesar 7,16%.
Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan bahwa terkontraksinya konsumsi pemerintah disebabkan oleh penurunan belanja pegawai, belanja barang, dan belanja bantuan sosial. Selain itu, terdapat pergeseran pencairan gaji ke-13 Aparatur Sipil Negara (ASN), yang biasanya terjadi di kuartal III, namun telah dipindahkan ke kuartal II.