Alaku

Wabah Antraks di Gunungkidul: Bahaya Konsumsi Sapi yang Telah Dikubur oleh Warga

Wabah Antraks di Gunungkidul: Bahaya Konsumsi Sapi yang Telah Dikubur oleh Warga – foto ist

Wabah antraks yang melanda Gunungkidul, DI Yogyakarta, telah mengundang perhatian luas dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Penyebabnya terkait dengan kebiasaan masyarakat menggali dan mengonsumsi daging sapi yang sebelumnya telah dikuburkan. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam mengenai wabah antraks ini dan mengapa konsumsi sapi yang telah dikubur oleh warga bisa menjadi bahaya. Penting untuk meningkatkan kesadaran akan risiko penularan penyakit ini dan langkah-langkah pencegahannya. Mari kita simak lebih lanjut mengenai peristiwa ini dan bagaimana kita dapat melindungi diri kita sendiri dari antraks yang mengancam.

Gunungkidul, DI Yogyakarta, baru-baru ini dilanda wabah antraks yang memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat setempat. Penyebabnya ternyata terkait dengan kebiasaan masyarakat yang menggali dan mengonsumsi daging sapi yang sebelumnya telah dikuburkan. Kejadian ini telah menyebabkan satu orang meninggal dunia dan mengundang penyelidikan oleh pihak berwenang.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengungkapkan bahwa warga yang meninggal sebelumnya telah menyembelih tiga ekor sapi yang mati secara tiba-tiba pada akhir bulan Mei. Setelah itu, warga setempat menggali kuburan salah satu sapi tersebut dan menggunakan dagingnya untuk dikonsumsi.

Baca Juga:  Ditangkap Polisi, Suami Tersangka KDRT di Depok Langsung Ditahan!

“Daging yang dikonsumsi oleh masyarakat berasal dari tiga ekor sapi. Ketiganya telah mengalami sakit dan meninggal,” jelas Wibawanti kepada detikJateng.

Di sisi lain, Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti, mengungkapkan bahwa tidak ada bangkai sapi yang ditemukan dari 12 ekor ternak yang terpapar antraks. Hal ini mengindikasikan bahwa ternak-ternak tersebut kemungkinan telah dikonsumsi oleh warga.

Penyebab wabah antraks ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut. Namun, kasus ini menjadi peringatan penting bagi semua orang untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya antraks dan risiko penularannya. Masyarakat perlu waspada terhadap konsumsi daging hewan yang mati secara mendadak dan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang disarankan oleh otoritas kesehatan setempat.

Wabah antraks di Gunungkidul juga memberikan pengingat akan pentingnya menjaga kebersihan dan menerapkan praktik-praktik aman dalam pengelolaan hewan ternak serta konsumsi produk hewani. Kesehatan dan keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam upaya mencegah penyebaran penyakit seperti antraks. Semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, perlu bekerja sama untuk mengedukasi dan melindungi diri dari bahaya penyakit zoonosis ini.

Baca Juga:  Tragedi Kanjuruhan: Satu Tahun Berlalu, Keadilan Masih Abu-Abu?

Penyebab Wabah Antraks di Gunungkidul: Konsumsi Sapi yang Telah Dikubur oleh Warga

Sebuah wabah antraks baru-baru ini melanda Gunungkidul, DI Yogyakarta, setelah warga terpapar penyakit ini akibat menggali dan mengonsumsi daging sapi yang sudah dikuburkan. Kejadian ini menyebabkan satu orang warga di Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu meninggal dunia, dan pihak berwenang setempat segera melakukan penyelidikan.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, menjelaskan bahwa warga yang meninggal sebelumnya telah menyembelih tiga ekor sapi yang mati mendadak pada akhir bulan Mei. Warga setempat kemudian menggali kuburan salah satu sapi yang meninggal tiba-tiba tersebut, dan menggunakan dagingnya untuk dikonsumsi.

“Daging yang dikonsumsi oleh masyarakat berasal dari tiga ekor sapi. Ketiganya telah mengalami sakit dan meninggal,” ungkap Wulandari kepada detikJateng di Kantor Pemkab Gunungkidul pada Rabu (5/7/2023).

Baca Juga:  Seorang Buronan di Muratara Berhasil Ditangkap!

Di sisi lain, Kepala Bidang Kesehatan Hewan DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti, menyatakan bahwa pihaknya tidak menemukan bangkai dari 12 ekor ternak yang terpapar antraks. Menurutnya, ada kemungkinan bahwa ternak-ternak tersebut telah dikonsumsi oleh warga.

“Saya tidak menemukan bangkai, yang kami uji adalah tanah bekas penyembelihan yang terkontaminasi darah ternak. Jadi, kemungkinan dagingnya sudah dimakan. Sekali lagi, kami tidak menemukan bangkai di sana,” jelas Retno dikutip dari detikcom

Kasus ini tetap dalam penyelidikan, namun penting untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya antraks dan risiko penularannya. Masyarakat perlu mewaspadai konsumsi daging hewan yang mati secara mendadak dan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang diberikan oleh otoritas kesehatan setempat.

Wabah antraks di Gunungkidul menjadi peringatan bagi semua orang akan pentingnya menjaga kebersihan dan menjalankan praktik-praktik aman dalam pengelolaan hewan ternak serta konsumsi produk-produk hewani. Kesehatan dan keselamatan masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam menghindari penyebaran penyakit seperti antraks.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan