Tagline Perubahan? Berikut Penjelasan Bestari Barus

Tagline Perubahan? Berikut Penjelasan Bestari Barus

Dalam diskusi Adu Perspektif x Total Politik dengan tema ‘Adu Kuat Ganjar, Anies, Prabowo, di Mana Jokowi?’, Politikus Senior Partai NasDem, Bestari Barus, mengkritik anggapan yang salah tentang tagline perubahan. Menurutnya, banyak orang salah memahami bahwa perubahan berarti sesuatu yang harus diubah.

“Banyak orang sesat mengartikan perubahan ini sebagai sesuatu yang harus diubah,” ujar Bestari dalam diskusi tersebut pada tanggal 20 Juli 2023.

Lebih lanjut, Bestari menceritakan perspektif yang sebenarnya tentang tagline perubahan. Ia mengungkapkan pandangan Anies Baswedan tentang perubahan melalui cerita percakapan antara Anies dan para nelayan di Surabaya.

Dalam cerita tersebut, Anies Baswedan menjelaskan bahwa perubahan sebenarnya lebih tentang memberikan solusi atas masalah yang ada dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Perubahan tidak hanya sekadar mengubah sesuatu untuk mengganti yang lama dengan yang baru, tetapi juga mencakup langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

Pandangan ini mencerminkan perspektif yang lebih mendalam dan komprehensif tentang perubahan. Perubahan yang baik haruslah bertujuan untuk menciptakan dampak positif bagi masyarakat dan memberikan solusi atas tantangan yang dihadapi. Hal ini menegaskan pentingnya pemahaman yang tepat tentang arti sebenarnya dari perubahan dalam konteks politik dan pembangunan di Indonesia.

Baca Juga:  Ganjar Pranowo: Semua Tokoh Punya Peluang dalam Pilpres 2024

“Jadi pada suatu ketika saya berada di Surabaya berkumpul dengan para habaib dan ulama sekitar 200 orang ada Pak Anies di situ. Ada satu pertanyaan yang diajukan oleh seorang nelayan yang kebetulan dia adalah putra seorang habaib yang juga nelayan, dia punya kapal yang banyak dan bekerja sama dengan masyarakat,” ujarnya.

“‘Pak Anies posisi kita seperti ini kesulitan kami, kira-kira kalau Pak Anies jadi presiden apa yang bisa bapak lakukan untuk kami’. Pak Anies menjawab ‘saya tidak bisa bikin apa-apa kecuali kita duduk bersama, kita petakan masalahnya, apa yang harus diperbaiki, apa yang harus ditambahkan jika dia kurang, apa yang harus dikurangi bila dia berlebihan, dan apa yang dihilangkan bila memang tidak diperlukan’,” sambung Bestari.

Bestari Barus menegaskan bahwa perubahan yang dimaksud, yaitu perubahan yang bertujuan ke arah yang lebih baik, tidak seharusnya disebut sebagai antitesa atau bertentangan dengan prinsip-prinsip positif. Sebaliknya, perubahan tersebut justru harus diartikan sebagai langkah maju menuju perbaikan dan kemajuan yang lebih baik.

Baca Juga:  Ketua Bawaslu “Rahmat  Bagja” Usul Pilkada 2024 Ditunda, Ini Kata Komisi II DPR “Junimart Girsang”

“Perubahan menuju apa, menuju lebih baik, mengatakan perubahan lebih baik pun bisa haram bisa jadi antitesa, it

Penting untuk dihindari kesesatan dalam pemahaman terhadap konsep perubahan. Jika tagline perubahan dimaknai sebagai sesuatu yang bertentangan atau melawan prinsip-prinsip positif, maka hal tersebut bisa mengaburkan tujuan sebenarnya dari perubahan itu sendiri. Perubahan yang baik seharusnya senantiasa diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengatasi masalah yang ada, dan mencapai kemajuan yang lebih baik dalam berbagai bidang.

Dalam konteks politik dan pembangunan, perubahan yang positif dan progresif adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang berarti bagi masyarakat. Dengan mengenali perubahan sebagai peluang untuk memperbaiki dan mencapai tujuan yang lebih baik, masyarakat dan pemimpin dapat bekerja bersama-sama menuju perubahan yang berdampak positif dan berkelanjutan.

Pernyataan Bestari Barus ini mencerminkan pentingnya pemahaman yang akurat dan mendalam terhadap arti tagline perubahan dalam mencapai perbaikan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Hal ini juga mengingatkan kita untuk selalu memandang perubahan sebagai peluang untuk menciptakan dampak positif dan tidak melupakan prinsip-prinsip positif dalam perjalanan menuju perubahan yang lebih baik.

Baca Juga:  Rukun Iman dalam Islam Pembentuk Ketetapan Beragama

Bestari juga membantah kalau NasDem disebut antitesa Jokowi. Sebab tagline perubahan yang digaungkan NasDem yakni di masa pemerintah setelah Jokowi. Dia menegaskan koalisi perubahan yang dibangun saat ini untuk koalisi pasca pemerintahan Jokowi.

“Kami berkoalisi bukan untuk hari ini, ini juga sesat penangkapan karena koalisi yang kita bangun ini adalah pasca Pak Jokowi,” ujarnya.

“Pada satu pertemuan yang mengundang Pak Jokowi, Bang Surya berpidato di depan Pak Jokowi dengan jelas bila konstitusi kita memungkinkan hari ini, membuka ruang presiden 3 periode maka tanpa ragu kita akan calonkan kembali Pak Jokowi. Namun karena konstitusi tidak bisa maka kita akan terus bersahabat dengan Pak Jokowi dan melibatkan Pak jokowi dalam menata bangsa ke depan. Masa itu disebut NasDem antitesa sih,” lanjut Bestari.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan