Bengkulu – Bengkulu mengalami inflasi sebesar 2,31 persen year on year (y-o-y) pada Agustus 2024, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 106,08. Angka ini mengalami kenaikan dari IHK Agustus 2023 yang berada di angka 103,68. Data ini dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bengkulu pada Senin (2/9/2024), di mana Kepala BPS Kota Bengkulu, Marwansyah, mengungkapkan rincian inflasi dalam Rilis Berita Resmi Statistik (BRS) di Kantor BPS Kota Bengkulu.
Inflasi Agustus 2024 dipengaruhi oleh kenaikan harga pada beberapa kelompok pengeluaran. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat kenaikan tertinggi sebesar 4,77 persen. Sementara itu, kelompok pakaian dan alas kaki mengalami peningkatan 0,10 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga naik sebesar 0,60 persen, serta kelompok kesehatan dengan kenaikan 1,76 persen. Kelompok transportasi mencatat inflasi sebesar 1,32 persen, diikuti kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya dengan kenaikan 2,68 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,84 persen, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran naik sebesar 2,55 persen. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami kenaikan signifikan sebesar 6,42 persen.
Sementara itu, terdapat beberapa kelompok yang mengalami deflasi. Kelompok perlengkapan rumah tangga tercatat mengalami penurunan harga sebesar 1,56 persen, dan kelompok informasi, komunikasi, serta jasa keuangan mencatat deflasi sebesar 0,38 persen.
Kontribusi terbesar terhadap inflasi Agustus 2024 di Bengkulu berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,34 persen, diikuti kelompok transportasi dengan kontribusi sebesar 0,19 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 0,09 persen. Kelompok pakaian dan alas kaki menyumbang 0,01 persen, sementara kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya, serta pendidikan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,05 persen. Kelompok kesehatan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,04 persen.
Dengan demikian, inflasi di Kota Bengkulu pada Agustus 2024 menunjukkan adanya tekanan harga yang cukup signifikan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, meskipun ada kelompok-kelompok tertentu yang mengalami deflasi.
Dampak Inflasi pada Masyarakat
Inflasi ini membawa dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat Bengkulu, terutama bagi mereka dengan pendapatan rendah. Kenaikan harga kebutuhan pokok, seperti makanan, minuman, dan tembakau, memberikan tekanan ekonomi yang lebih besar pada kelompok masyarakat ini. Mereka mungkin harus mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan sekunder atau bahkan mencari tambahan penghasilan untuk menutupi kenaikan biaya hidup.
Kelompok masyarakat yang bergantung pada transportasi umum juga terdampak, karena kenaikan harga di sektor transportasi sebesar 1,32 persen. Selain itu, kenaikan harga di sektor perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,42 persen dapat mengurangi daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, terutama di kalangan yang lebih rentan.
Masyarakat yang bekerja di sektor informal atau yang pendapatannya tidak tetap akan merasakan dampak lebih berat karena inflasi ini dapat mengurangi daya beli mereka. Sementara itu, sektor usaha kecil dan menengah (UMKM) mungkin mengalami peningkatan biaya operasional, yang juga dapat mempengaruhi harga jual produk mereka.
Imbauan untuk Menghadapi Inflasi
Dalam menghadapi inflasi ini, masyarakat diimbau untuk lebih bijaksana dalam mengatur pengeluaran sehari-hari. Penting bagi warga untuk mengutamakan pembelian barang-barang yang benar-benar dibutuhkan dan mengurangi konsumsi barang-barang yang harganya sedang mengalami kenaikan signifikan. Masyarakat juga disarankan untuk memanfaatkan program-program pemerintah yang dapat membantu menekan biaya hidup, seperti subsidi pangan atau bantuan langsung tunai.
Selain itu, masyarakat dapat mencoba berbelanja dengan cara yang lebih hemat, seperti mencari alternatif produk dengan harga lebih terjangkau atau memanfaatkan promo dan diskon yang ada. Mengurangi pemborosan dan mengelola anggaran rumah tangga dengan lebih baik dapat membantu menghadapi tantangan ekonomi saat ini.