Alaku

Cogito Ergo Sum

Cogito Ergo Sum

Ungkapan Latin klasik “Cogito ergo sum” yang diterjemahkan sebagai “Aku berpikir maka Aku ada” telah menjadi salah satu kutipan filosofis paling terkenal dalam sejarah. Ungkapan ini, diciptakan oleh filsuf Renaisans terkenal, René Descartes, mengilhami perubahan besar dalam pandangan dunia dan filsafat. Dalam wacana tentang metode, Descartes bersaksi tentang ambisinya untuk mencapai kebenaran yang tak terbantahkan, membuka pintu bagi munculnya individu dalam berbagai dimensi budaya.

“Cogito ergo sum” lahir dari proyek filosofis Descartes yang menghapus segala keraguan. Ia merintis perjalanan filsafatnya dengan maksud untuk meragukan semua yang ada, hanya menerima apa yang dia yakini secara mutlak sebagai kebenaran. Dalam pandangannya, hanya apa yang tidak bisa diragukan adalah yang nyata dan benar. Cogito menjadi manifestasi dari objek meditasinya, yaitu introspeksi yang ketat yang dia praktikkan dalam kesendirian.

Baca Juga:  Musikal Ken Dedes Siap Hipnotis Penonton di Ciputra Artpreneur Theatre

Descartes menerapkan skeptisisme radikal kepada segala sesuatu, termasuk keyakinan-keyakinan yang dia terima dari tradisi atau otoritas. Proses ini melibatkan meragukan segala sesuatu, bahkan prinsip-prinsip yang tampaknya jelas dan diterima oleh semua orang. Dalam meditasinya, dia sampai pada kesimpulan bahwa dia dapat meragukan segalanya, kecuali satu hal: bahwa dia sedang berpikir. Dengan demikian, Cogito ergo sum, “Aku berpikir maka Aku ada,” menjadi titik pijakan dalam upaya Descartes untuk mencapai kebenaran yang tak terbantahkan.

Pentingnya Cogito dalam sejarah filsafat dan budaya adalah pengakuan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mempertanyakan dan meragukan apa pun, bahkan prinsip-prinsip yang diterima secara luas. Ungkapan ini menjadi lambang dari pergeseran menuju pemikiran individu, yang mengilhami pemikiran-pemikiran besar lainnya dalam sejarah filosofi dan sains.

Baca Juga:  Calvin Verdonk Optimis Timnas Indonesia Bisa Kalahkan Arab Saudi di Kandang

Sejak kemunculannya, “Cogito ergo sum” telah menjadi simbol dari kekuatan pemikiran kritis dan keraguan dalam usaha mencapai kebenaran. Descartes mengajarkan kepada dunia bahwa meragukan adalah awal dari pengetahuan yang benar. Ungkapan ini juga menandai perubahan dalam cara orang melihat diri mereka sendiri dan peran individu dalam pengembangan budaya dan ilmu pengetahuan.

1 2 3 4 5

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan