Alaku

Mimpi Besar dari London yang Tak Pernah Padam

Mimpi Besar dari London yang Tak Pernah Padam by Oktaliansyah

Oleh Oktaliansyah

PERTEMUAN pertama saya dengan Agi Agusrin masih terasa segar di ingatan. Waktu itu, ia baru kembali dari London. Dengan cara bicara yang tenang dan penuh percaya diri, ia memperkenalkan dirinya sebagai seorang arsitek yang ingin mendedikasikan hidupnya untuk Bengkulu. Penampilannya sederhana, tapi ada karisma yang kuat dalam setiap ucapannya.

Wawancara pertama kami berlangsung di sebuah kafe kecil di tengah kota. Saat itu, ia berbicara dengan penuh semangat tentang ide-idenya untuk membangun Bengkulu. Tidak sekadar membangun secara fisik, tetapi juga memberdayakan masyarakat. Ia membahas program pemberdayaan UMKM, akses internet gratis untuk anak muda, hingga pengembangan pariwisata yang lebih inklusif. Semua itu disampaikan dengan detail dan matang, seolah ia telah memikirkan semuanya jauh sebelum terjun ke dunia politik.

Baca Juga:  Sekda Bengkulu Puji Peran LIN dalam Penegakan Hukum dan Transparansi

Yang membuat saya kagum adalah antusiasmenya. Saat ia bercerita, ada sinar di matanya yang menunjukkan kecintaannya pada Bengkulu. “Saya tumbuh di sini, dan saya merasa berhutang pada tempat ini. Kalau saya bisa membantu, sekecil apa pun, itu sudah cukup berarti,” katanya dengan nada yang tulus.

Namun, perjuangan Agi tidak mudah. Di awal pencalonannya, survei menunjukkan elektabilitasnya berada di posisi paling bawah. Hanya 1,6% pada September, tepat 3 bulan sebelum pencoblosan. Banyak yang meragukan kemampuannya, terutama karena usianya yang masih muda. Tetapi ia tidak menyerah. Ia mulai menyapa masyarakat dari satu tempat ke tempat lain, mendengarkan keluhan mereka, dan menyampaikan solusi yang nyata. Perlahan tapi pasti, pandangan masyarakat berubah.

Baca Juga:  10 November dan Para Pahlawan yang Mempertahankan Kemerdekaan di Surabaya

Ketika hasil Pilkada versi quick count diumumkan, Agi dan pasangannya berhasil meraih posisi kedua dengan jumlah suara yang cukup signifikan. Dari seorang kandidat yang awalnya diremehkan, ia berhasil menjadi salah satu pilihan utama masyarakat. Meskipun tidak keluar sebagai pemenang, pencapaiannya adalah sebuah kemenangan moral yang membuktikan bahwa kerja keras dan ketulusan akan selalu dihargai.

Saya ingat betul saat terakhir kali bertemu dengannya. Alih-alih menunjukkan rasa kecewa, ia justru terlihat lebih bersemangat. “Jabatan itu cuma alat,” katanya, “tapi niat untuk membangun Bengkulu, itu nggak akan hilang.”

Agi Agusrin adalah contoh nyata bahwa mimpi besar tidak harus padam, meski jalannya tidak selalu mulus. Dari pertemuan pertama hingga hari ini, satu hal yang saya pelajari darinya adalah bahwa pengabdian tidak pernah mengenal batas.

Baca Juga:  Promo dan Penyesuaian Harga BBM Non Subsidi di Bengkulu Bulan November

Penulis adalah wartawan di Kota Bengkulu

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan