Alaku

Kurs Rupiah Berada di Kisaran Rp15.750 per Dolar AS

Kurs Rupiah Berada di Kisaran Rp15.750 per Dolar AS

Jakarta, Repoeblik – Analis pasar mata uang terkemuka, Lukman Leong, mengeluarkan perkiraan terbaru mengenai kurs rupiah terhadap dolar AS pada hari Rabu. Menurut Lukman, kurs rupiah diprediksi akan berada di kisaran Rp15.650 hingga Rp15.750 per dolar AS.

Lukman Leong memberikan pernyataan ini ketika dihubungi oleh Antara di Jakarta pada hari Rabu. Perkiraan ini memberikan gambaran kepada para pelaku pasar dan pihak terkait mengenai pergerakan mata uang nasional di tengah gejolak ekonomi global.

Pada pagi hari Rabu, nilai tukar rupiah yang diperdagangkan antarbank di Jakarta tercatat mengalami pelemahan sebesar 0,07 persen atau turun sebanyak 11 poin. Kurs rupiah berada pada level Rp15.727 per dolar AS, turun dari posisi sebelumnya sebesar Rp15.716 per dolar AS.

Menurut Lukman Leong, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari Rabu ini dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor yang memengaruhi tersebut adalah hasil data penjualan ritel di Amerika Serikat yang ternyata lebih baik dari perkiraan sebelumnya.

“Penjualan ritel di AS mengalami kenaikan sebesar 0,7 persen dari bulan ke bulan, melebihi ekspektasi sebelumnya sebesar 0,3 persen. Sementara itu, jika dilihat dari tahun ke tahun, penjualan ritel AS mengalami peningkatan sebesar 3,8 persen, jauh di atas ekspektasi sebelumnya yang sebesar 1,5 persen,” ujar Lukman Leong dilangsir Antara News. <!–nextpage–>

Baca Juga:  Panduan Lengkap Bacaan Niat Sholat Masuk Masjid

Hal ini menunjukkan bahwa data positif mengenai penjualan ritel AS telah memicu penguatan dolar AS, sehingga kurs rupiah mengalami tekanan. Faktor eksternal seperti ini seringkali menjadi penggerak utama dalam pergerakan mata uang, dan pelaku pasar perlu memantau berita dan data ekonomi global untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.

Pelemahan kurs rupiah pada hari Rabu juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal, termasuk pernyataan hawkish dari pejabat The Federal Reserve (The Fed) Neel Kashkari yang berdampak pada imbal hasil obligasi AS. Imbal hasil obligasi tenor 2 tahun kini berada di kisaran 5,200 persen, sementara tenor 10 tahun berada di 4,841 persen.

Pernyataan yang dilontarkan oleh Neel Kashkari tersebut menyentuh isu inflasi yang masih tinggi di Amerika Serikat. Hal ini memberikan dampak signifikan pada pergerakan mata uang global, termasuk rupiah. Pelemahan kurs rupiah juga beriringan dengan kekhawatiran pelaku pasar terhadap imbal hasil obligasi AS yang semakin meningkat.

Pada penutupan perdagangan hari sebelumnya, Selasa (17/10), rupiah berhasil menguat sebesar 0,03 persen atau naik sebanyak 5 poin, sehingga berada pada posisi Rp15.716 per dolar AS, dari sebelumnya yang berada di Rp15.721 per dolar AS. Namun, pergerakan tersebut berubah pada hari Rabu dengan rupiah mengalami pelemahan.

Baca Juga:  Sejarah Singkat 17 Agustus 1945

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memberikan pandangannya terkait pelemahan rupiah ini. Menurutnya, dolar AS sedang berada dalam kisaran yang ketat, dan pelaku pasar tengah memantau perkembangan di Timur Tengah yang juga memiliki dampak signifikan pada mata uang global. Selain itu, para pedagang juga bersiap untuk mengikuti serangkaian pidato pejabat bank sentral AS dalam pekan ini, yang dipimpin oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Pidato-pidato ini dianggap penting dalam menilai prospek kebijakan moneter AS dan berpotensi mempengaruhi pergerakan mata uang.<!–nextpage–>

Para investor dan pelaku pasar saat ini tengah memusatkan perhatian mereka pada Ketua Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed), Jerome Powell, yang akan memberikan pidato pada hari ini. Pidato ini menjadi sorotan utama dalam tengah berlangsungnya minggu yang sibuk dengan serangkaian pidato dari para kepala bank regional The Fed.

Peran The Fed dalam mengatur kebijakan moneter di Amerika Serikat sangat memengaruhi pasar keuangan global, termasuk mata uang dan saham. Oleh karena itu, setiap pernyataan yang dikeluarkan oleh pejabat The Fed memiliki potensi untuk mempengaruhi pergerakan pasar.

Baca Juga:  Keterikatan Indonesia dalam Peristiwa Inflasi

Hal ini menjadi lebih penting mengingat periode blackout yang akan dimasuki oleh para pejabat The Fed. Pada tanggal 21 Oktober, para pejabat The Fed akan memasuki periode blackout, yang berarti mereka akan menghentikan publikasi pidato atau pernyataan hingga periode blackout The Fed pada 31 Oktober hingga 1 November 2023.

Jerome Powell adalah salah satu pejabat The Fed yang paling diperhatikan oleh para investor, dan pidatonya sering kali menjadi penentu arah kebijakan moneter AS. Pidato Powell pada hari ini diharapkan akan memberikan wawasan mengenai pandangan The Fed terhadap ekonomi, inflasi, dan rencana kebijakan ke depan. Hal ini juga akan membantu para investor dalam merencanakan strategi investasi mereka.

Sementara Jerome Powell menjadi pusat perhatian, para pelaku pasar juga akan mengawasi pidato dari para kepala bank regional The Fed yang akan berbicara dalam minggu ini. Pidato-pidato ini juga dapat memberikan pandangan tambahan mengenai pandangan para pejabat regional mengenai kondisi ekonomi dan potensi langkah-langkah kebijakan.

 

Penulis : Affif Dwi As’ari

Editor : Affif Dwi As’ari

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan