Salah satu Kader PDIP, Johan Budi memberi penjelasan terkait posisi duduk mantan ‘Dewan Kolonel’. Anggota DPR RI Fraksi PDIP pendukung Puan Maharani. Saat acara apel pemenangan di Semarang, Jawa Tengah. Muncul pembahasan terkait siapa yang berada di belakang Capres PDIP Ganjar Pranowo. Johan Budi juga menjelaskan bahwa posisi duduk itu telah diatur oleh Ketua Bappilu PDIP Bambang Wuryanto atau yang sering disapa Bambang Pacul.
“Dewan Kolonel” dalam konteks Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada sekelompok tokoh atau anggota senior dalam partai tersebut yang memiliki pangkat atau jabatan setara dengan kolonel dalam militer. Dewan Kolonel PDIP adalah kelompok senior dalam partai yang biasanya terdiri dari anggota yang memiliki pengalaman dan kontribusi yang signifikan dalam perjalanan partai. Mereka mungkin memberikan saran strategis, mendiskusikan kebijakan, dan memberikan pandangan berdasarkan pengalaman mereka.
“Kemarin itu adalah konsolidasi dari kader PDIP di Jawa Tengah, saya kan di Jawa Timur, saya diundang kemudian saya diminta oleh Mas Pacul untuk duduk di situ, saya diginiin, saya sebenarnya ada tempatnya di sebelah kanan kiri, saya dipanggil, saya disuruh duduk situ,” kata Johan Budi saat seperti yang dilangsir detikcom, Rabu (30/8/2023).
Johan Budi memberi kejelasan pada saat itu anggota-anggota DPR lainnya. Secara kebetulan mantan ‘Dewan Kolonel’ juga ikut bergabung. Ia menyebut tidak semua anggota Dewan Kolonel berpihak di belakang Ganjar Pranowo.
Johan Budi melanjutkan, jika yang lain bergabung. Sebenarnya semua anggota yang ada tidak hanya 5 atau 4 itu. Masih ada lagi.
Johan Budi juga menyebut posisi duduk itu lalu dipersepsikan publik bahwa Dewan Kolonel berada di belakang Ganjar Pranowo. Selain itu menurutnya persepsi PDIP solid juga mulai bermunculan seiring dengan posisi duduk tersebut.
Kemudian menurutnya untuk saat ini persepsi bahwa dukungan kepada Ganjar sudah semakin solid di PDIP. Bahkan sekarang sudah tidak ada lagi sekat-sekat pemisah yang dulu sempat di awal itu ada 2 kubu. Yaitu dukungan terhadap Puan Maharani dan Dukungan terhadap Ganjar Pranowo.
Walaupun begitu, Johan Budi tidak lagi membantah terkait PDIP yang sekarang semakin bersatu dan solid. Ia pun tidak mengetahui jika ada orang-orang yang tidak merasakan hal tersebut.
Tambahan sebagai informasi, mantan Dewan Kolonel memang sempat terlihat saat sedang dalam apel siaga pemenangan PDIP dan Ganjar Pranowo di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah. Pada Jumat malam (25/8). Para elite PDIP membulatkan tekad untuk memenangkan Ganjar Pranowo sebagai Presiden 2024 di markas PDIP.
Ganjar Pranowo dan Puan Maharani duduk berdampingan dalam acara tersebut. Mereka berdua kompak mengenakan pakaian berwarna hitam. Lalu duduk sejajar dengan Puan dan Ganjar yakni Tuan Guru Bajang atau yang sering disapa TGB.
Sementara itu duduk di bagian belakang Ganjar dan Puan hadir pula Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul yang menjabat sebagai Ketua DPD PDIP Jateng. Ada juga Wali Kota Solo Gibran Rakabuming, dan Ketua Fraksi PDIP DPRI Utut Adianto. Dan terakhir yang terlihat hadir pula Politikus-Politikus PDIP seperti Abidin Fikri, Johan Budi, Trimedya Panjaitan, dan Junimart Girsang.
Mantan anggota Dewan Kolonel, yang mengingatkan kejadian di tahun 2022. Di mana sejumlah anggota DPR RI Fraksi PDIP memunculkan Dewan Kolonel yang mendukung Puan Maharani jelang pemilihan Presiden 2024. Tapi itu justru mengundang polemik, sehingga pada akhirnya DPP PDIP menepis isu adanya hal tersebutl.
Setelah diberikan peringatan keras oleh PDIP, akhirnya eksistensi Dewan Kolonel menghilang. Tapi sekarang mereka kembali dengan berada di barisan belakang pendukung Ganjar Pranowo.
Dan berikut kami paparkan mantan-mantan anggota Dewan Kolonel seperti yang telah disampaikan Trimedya Panjaitan:
Pencetus ‘Dewan Kolonel’: Johan Budi S Prabowo
Koordinator ‘Dewan Kolonel”: Trimedya Panjaitan
Komisi I: Dede Indra Permana, Panjaitan
Komisi II: Junimart Girsang
Komisi III: Trimedya Panjaitan
Komisi IV: Riezky Aprilia
Komisi V: Lasarus
Komisi VI: Adi Satriyo Sulistyo
Komisi VII: Dony Maryadi Oekon
Komisi VIII: My Esti Wijayati
Komisi IX: Abidin Fikri
Komisi X: Agustin Wilujeng
Komisi XI: Hendrawan Supratikno, Masinton Pasaribu