Alaku

Api Lahap Tempat Pembuangan Akhir Di Palembang Seluas 3 Hektare

Api Lahap Tempat Pembuangan Akhir Di Palembang Seluas 3 Hektare- foto dok rsosumsel

Ketua Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Palembang, Ahmad Mustain mengatakan luas lahan yang terbakar di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukawinatan sebanyak 3 hektare. Informasi yang didapat saat ini api sudah berhasil dipadamkan

“Luas area TPA ini 25 hektare, yang terbakar sekitar 10 sampai 15 persen diperkirakan 3 hektare,” katanya dilangsir detikSumbagsel di lokasi TPA, Rabu (16/8/2023).

TPA Sukawinatan menampung sampah setiap harinya dengan total 800-900 ton, seperti yang sudah dijelaskan Ahmad Mustain.

Ahmad Mustain juga menambahkan untuk api di TPA Sukawinatan sudah padam. Saat ini petugas masih melakukan pembasahan baik menggunakan 2 jalur darat dan udara yang memakai 2 helikopter water bombing.

Helikopter water bombing adalah jenis helikopter yang dirancang dan digunakan khusus untuk memadamkan kebakaran hutan atau lahan dengan membawa dan menyebarkan air atau bahan kimia penghambat api. Helikopter ini biasanya dilengkapi dengan tangki air besar dan sistem pemompa untuk mengambil air dari sumber seperti danau, sungai, atau kolam renang, kemudian membawanya ke area kebakaran dan menyiramkannya untuk mengendalikan dan memadamkan api.

Baca Juga:  Makan Sehat Perlu Tips dan Strategi

Helikopter water bombing memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pemadaman kebakaran hutan atau lahan yang melibatkan area yang sulit dijangkau oleh kendaraan darat. Kemampuannya untuk membawa dan menyebarkan air atau bahan kimia penghambat api menjadikannya alat yang efektif dalam mengendalikan api dan melindungi hutan serta sumber daya alam dari kerusakan akibat kebakaran.

 

Untuk persoalan api memang sudah selesai tapi karena ini mengandung gas metan. Panasnya masih sangat rentan menimbulkan api maka dari itu pihak pemadam masih terus membasahi lahan karena untuk menghentikan kemunculan adanya api.

Metan adalah gas alam yang sederhana secara kimia, terdiri dari satu atom karbon (C) dan empat atom hidrogen (H), dengan rumus kimia CH₄. Gas metan adalah salah satu jenis gas rumah kaca yang secara alami terdapat dalam atmosfer Bumi. Ini dapat dihasilkan oleh berbagai proses alami dan manusia, serta digunakan dalam berbagai aplikasi industri dan energi.

Baca Juga:  PKS Bengkulu Adakan Political Update, Rounddown Sholat Tahajud

Walaupun metan memiliki potensi sebagai sumber energi yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil lainnya, gas ini tetap merupakan gas rumah kaca yang kuat. Lebih banyak usaha dilakukan untuk mengurangi emisi metan dari berbagai sumber, termasuk industri pertanian dan minyak dan gas.

Karena pengaruhnya terhadap pemanasan global, kontrol emisi metan dan pengembangan teknologi untuk mengurangi pelepasannya menjadi penting dalam upaya untuk mengatasi perubahan iklim.

Saat ini cuaca di Palembang memang sedang panas yang sangat ekstrem sehingga terjadinya kebakaran di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Sukawinatan.

Pihaknya setelah kejadian ini akan melakukan pembahasan terhadap titik-titik api yang dapat menimbulkan kebakaran lahan lainnya.

Untuk penyebab kebakaran memang suhu di Palembang panasnya masih sangat ekstrem selama 5 hari sejak kejadian pertama. Tepat di hari ke 5, kebakaran terjadi. Dan itu memang awalnya karena suhu yang panas. 3 hari mereka akan observasi guna melakukan pembahasan terhadap area-area yang bisa menjadi titik api.

Baca Juga:  Residivis Narkotika Kembali Ditangkap Setelah Bebas Dari Nusakambangan

Munculnya pertanyaan soal dugaan terjadinya kebakaran karena adanya seorang pemulung yang menyalakan api sampai terjadi kebakaran. Mustain belum bisa memastikannya secara pasti. Tapi mereka masih mengira karena cuaca yang panas dan juga kondisi sampah yang memang mengandung gas metan. Jadi saat ini mereka harus tetap waspada, ia meminta agar semua orang percaya kalau para pemulung hanya mencari sampah yang bisa diambil dan tidak akan melakukan tindakan yang menjadi pemicu kebakaran. Jadi, bisa saja ini hanya kondisi alam yang menyebabkan semuanya.

Ketua DLHK kota Palembang juga mengatakan kalau itu merupakan putaran sampah yang bernilai ekonomi bagi para pemulung. Tapi idealnya perputaran sampah itu di rumah tangga ataupun sejauh-jauhnya yang ada di TPA.

Hal ini juga tidak bisa dipungkiri karena merupakan bagian dari bangsa kita bahwa banyak masyarakat Indonesia mendapatkan penghasilan dari mengolah sampah.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan