Ringgit Malaysia Melemah Terparah di Asia, Rupiah Tetap Stabil
Dalam situasi ekonomi yang terus berubah, perhatian terhadap nilai tukar mata uang tetap menjadi sorotan utama. Sementara ringgit Malaysia telah mengalami pelemahan yang signifikan, Rupiah Indonesia tetap stabil, terutama berkat intervensi BI dan langkah-langkah kebijakan yang bijak. Analis dan pelaku pasar akan terus memantau perkembangan nilai tukar mata uang di Asia, sambil mengantisipasi perubahan kondisi ekonomi global yang mungkin berdampak pada mata uang regional.
Dalam wawancara yang dilangsir detikcom, Ibrahim Assuaibi, seorang analis keuangan ternama dari PT Laba Forexindo Berjangka, memberikan pandangan tentang penurunan mata uang ringgit Malaysia yang lebih signifikan dibandingkan dengan Rupiah Indonesia. Menurutnya, penurunan ringgit Malaysia adalah yang paling parah di kawasan Asia Tenggara, sementara kondisi fundamental ekonomi Indonesia tetap sesuai.
Ibrahim Assuaibi menjelaskan, “Bukti dari perbedaan ini terlihat saat bank sentral Indonesia, Bank Indonesia (BI), mengumumkan keputusan mempertahankan suku bunga, dan bahkan kemungkinan tidak menaikkan suku bunga pada bulan Desember. Reaksi pasar terhadap pengumuman ini adalah penguatan tajam nilai tukar rupiah, menunjukkan bahwa fundamental ekonomi di dalam negeri cukup baik di Indonesia.”
Dia menekankan pentingnya kondisi fundamental ekonomi dalam menjaga stabilitas mata uang suatu negara. Meskipun terdapat tekanan eksternal, seperti ketidakpastian geopolitik global dan kenaikan nilai dolar AS, Rupiah Indonesia tetap kokoh dan mengalami penguatan.
Sementara itu, ringgit Malaysia mengalami penurunan yang signifikan, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal. Faktor-faktor seperti penurunan harga minyak dunia dan ketidakpastian global, termasuk perang dagang antara Amerika Serikat dan China, telah berkontribusi pada pelemahan ringgit Malaysia.
