Sudut Pandang Okta
JAM LIMA PAGI alarm alamiku memanggil, bukan bunyi jam atau notifikasi ponsel, tapi suara Ibu yang memanggil dari dapur. Waktu itu, sekitar 27 tahun lalu, di sebuah gang kecil seberang Asrama Korem, biasa kami sebut Asrama Kompi karena berdekatan dengan Kompi B Yonif 144 di Jalan Zainal Arifin Kota Bengkulu.
Selepas shalat Subuh, saya sudah harus menyapu pekarangan dan membuang sampah. Pekerjaan pagi yang menjadi rutinitas wajib sebelum sekolah. Setelah itu, kami mandi bergantian. Saya dan tiga kakak yaitu dua laki-laki dan satu perempuan. Kakak perempuan saya mendapat giliran terakhir karena ia juga harus memasak sarapan dan menggosok baju sekolah kami.
Selesai semua, kami duduk bersama di ruang makan. Sarapan hangat dan pakaian rapi dengan lipatan hasil gosokan tangan kakak membuat pagi itu terasa sempurna. Lalu kami bersiap berangkat ke sekolah. Kakak pertama dan kedua ke arah barat menuju SMK dan SMP, sedangkan saya dan kakak perempuan berjalan ke arah timur, ke SD Negeri 73 Kota Bengkulu.