Media Sosial Picu Anak Berkelahi, Polisi Mediasi Konflik

Media Sosial Picu Anak Berkelahi, Polisi Mediasi Konflik

Lebong – Media sosial kembali memicu masalah di kalangan anak-anak. Kali ini, sebuah insiden perkelahian antara anak di bawah umur di Kecamatan Lebong Utara dipicu oleh unggahan yang menjadi viral di Facebook. Konflik ini akhirnya diselesaikan melalui mediasi yang dipimpin oleh Bhabinkamtibmas Polsek Lebong Utara, Polres Lebong, Polda Bengkulu, Brigpol Cindra Sugara, pada Kamis (29/8/2024).

Kapolres Lebong, AKBP Awilzan, melalui PS Kasi Humas Polres Lebong, Aipda Syaiful Anwar, menjelaskan bahwa konflik tersebut berawal dari postingan di media sosial yang memicu perselisihan di dunia nyata.

“Mediasi dilakukan dengan menghadirkan perangkat desa dan orang tua dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan,” jelasnya.

Baca Juga:  Warga Curup Utara Diciduk Terkait Penambangan Ilegal

Mediasi Selesaikan Konflik

Dalam mediasi ini, kedua belah pihak setuju untuk saling memaafkan. Selain itu, pihak yang memposting konten di Facebook setuju untuk menghapus video viral tersebut sebagai bagian dari solusi damai. Orang tua dari kedua belah pihak juga sepakat untuk tidak menuntut secara hukum.

Ada juga kesepakatan bahwa jika ada pelanggaran terhadap perjanjian ini di masa depan, maka kedua belah pihak akan dikenakan sanksi adat dan hukum yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pentingnya Pengawasan Orang Tua Terhadap Media Sosial Anak

Kasus ini menjadi pengingat bagi masyarakat akan dampak negatif media sosial jika tidak digunakan dengan bijak, terutama di kalangan anak-anak. Dengan semakin mudahnya akses ke internet dan media sosial, pengawasan orang tua menjadi sangat penting untuk mencegah konflik yang tidak perlu.

Baca Juga:  SMSI Bengkulu Perkuat Kerjasama dengan Polda

Langkah mediasi yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Polsek Lebong Utara ini diharapkan dapat mendorong masyarakat, terutama orang tua, untuk lebih bijak dalam mendidik anak tentang penggunaan media sosial. Pengawasan yang lebih ketat dan pendidikan yang baik tentang etika berinternet adalah kunci untuk mencegah konflik serupa di masa depan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan