Setelah diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 dari SpaceX, Satelit Republik Indonesia atau Satelit Satria-1 telah mencapai orbit 146 derajat Bujur Timur. Peran satelit ini akan mendukung Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan akses internet di seluruh negeri.
Setelah sukses meluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, AS, beberapa waktu yang lalu, Satelit Satria-1 saat ini dalam tahap pengujian dan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 150 hari lagi sebelum dapat beroperasi secara penuh.
Setelah sukses diluncurkan menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX dari Cape Canaveral, Florida, AS, beberapa waktu yang lalu, Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 telah mencapai orbit pada slot 146 derajat Bujur Timur. Dalam upayanya untuk membantu Pemerintah Indonesia dalam penyediaan akses internet di seluruh negeri, satelit ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan.
Setelah melalui berbagai tahap pengujian, diperkirakan bahwa satelit Satria-1 akan membutuhkan waktu sekitar 150 hari lagi sebelum siap beroperasi secara penuh. Selama periode ini, satelit akan menjalani pengujian lebih lanjut dan penyesuaian yang diperlukan untuk memastikan kinerjanya yang optimal. Setelah itu, diharapkan satelit Satria-1 dapat memberikan manfaat yang besar dalam meningkatkan konektivitas internet di tanah air.
Satelit VHTS yang dikenal sebagai Satria-1 memiliki kapasitas luar biasa sebesar 150 Gbps, menjadikannya satelit terbesar di Asia dan menempati peringkat kelima di dunia. Dengan kapasitas yang demikian, satelit ini mampu menyediakan layanan akses internet hingga 4 Mbps kepada 50 ribu titik.
Layanan internet dari satelit Satria-1 terutama ditujukan untuk sektor publik, seperti sekolah, puskesmas, kantor pemerintahan daerah, serta keamanan TNI dan Polri di wilayah terpencil, terluar, dan terdepan (3T) yang tidak terjangkau oleh infrastruktur base transceiver station (BTS).
Untuk mengoperasikan satelit Satria-1, terdapat 11 stasiun bumi atau gateway yang ditempatkan di berbagai lokasi, seperti Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
“Gateway Cikarang akan menjadi lokasi Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer dan Network Operation Control,” ujar Direktur Utama Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso dikutip dari laman Kominfo, Minggu (25/6/2023).
Satria-1 memiliki kemampuan untuk menyediakan layanan langsung akses internet Direct to Home (DTH) secara langsung ke kantor pelayanan publik.
Teknologi satelit sangat cocok untuk digunakan di lokasi yang terpencil, seperti kantor pemerintahan dan sekolah di daerah 3T.
Penggunaan teknologi Very Small Aperture Terminal (VSAT) sebagai solusi untuk penyediaan akses internet melalui satelit menjadi pilihan karena instalasinya lebih cepat daripada membangun BTS atau jaringan kabel serat optik.
Dalam penggunaan akses internet langsung melalui satelit, diperlukan perangkat VSAT sebagai antena parabola kecil yang berfungsi sebagai jalur komunikasi atau terminal telekomunikasi satelit. Antena VSAT umumnya memiliki diameter antara 0,6 hingga 2,4 meter, tetapi juga terdapat antena VSAT besar dengan panjang 3-6 meter.
Dengan operasinya melalui transmisi udara, layanan satelit Satria-1 mampu mencakup wilayah yang sangat luas, mulai dari Sabang hingga Merauke, dan dari Miangas hingga Pulau Rote. Cakupan layanan yang luas ini mampu mengatasi hambatan geografis seperti daratan, gunung, bukit, lembah, dan ngarai.
Satelit Satria-1 merupakan solusi yang diadopsi oleh pemerintah untuk memperluas jangkauan jaringan BTS 4G dan jaringan kabel serat optik Palapa Ring. Sebelumnya, pemerintah telah menggunakan kapasitas internet satelit dari lima perusahaan sebagai tindakan sementara sambil menunggu kesiapan operasional satelit Satria-1.
Peluncuran dan pengoperasian Satelit Satria-1 merupakan bagian dari proyek strategis nasional sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Dalam pengadaan proyek ini, digunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Bakti Kominfo sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) telah melaksanakan proses lelang pengadaan, dan pada tanggal 26 April 2019, Konsorsium PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) ditetapkan sebagai pemenang lelang.
Selanjutnya, konsorsium PSN telah membentuk Badan Usaha Pelaksana (BUP) dengan nama PT Satelit Nusantara Tiga (SNT).