Tradisi Mekare-Kare di Desa Tenganan Pegringsingan

Tradisi Mekare-Kare di Desa Tenganan Pegringsingan

Dalam bulan Juni yang cerah dan bersemangat, Desa Tenganan Pegringsingan menghadirkan salah satu tradisi paling unik dan menarik di Bali: Mekare-Kare, atau yang lebih dikenal sebagai Perang Pandan. Namun, Mekare-Kare di Desa Tenganan adalah lebih dari sekadar pertunjukan; itu adalah bagian puncak dari rangkaian upacara Ngusaba Sambah dan memiliki makna mendalam dalam kepercayaan dan budaya Hindu.

Tradisi Mekare-Kare di Desa Tenganan Pegringsingan adalah sebuah upacara yang diadakan selama 30 hari penuh setiap bulan Juni. Selama periode ini, Perang Pandan diadakan sebanyak 2 hingga 4 kali, masing-masing berlangsung kurang lebih selama 3 jam. Prosesi ini memiliki makna yang mendalam dan sering kali dibandingkan dengan upacara Tabuh Rah yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali untuk menghormati roh halus.

Baca Juga:  Dinas Pertanian Rejang Lebong Dukung Petani Kopi

Sebelum Perang Pandan dimulai, remaja putra dan putri dari Desa Tenganan melakukan sebuah perjalanan ke puncak gunung di sekitar desa. Di sana, mereka menghaturkan kelapa muda sebagai tanda penghormatan kepada para dewa. Ini adalah langkah awal yang mempersiapkan masyarakat untuk Perang Pandan yang akan datang, menunjukkan bahwa tradisi ini lebih dari sekadar pertarungan fisik; itu adalah persembahan spiritual yang merangkul kedamaian dan persatuan.

Mekare-Kare bukan hanya tontonan bagi penduduk lokal dan para wisatawan yang datang berkunjung, tetapi juga merupakan simbol kesetiaan warga Desa Tenganan Pegringsingan pada nilai-nilai dan kepercayaan mereka. Ini adalah momen yang mengikat mereka lebih erat bersama sebagai komunitas, serta memperingati akar budaya dan agama mereka yang mendalam.

Baca Juga:  Desa Tanjung Dalam Laksanakan Titik Nol Pembangunan Sarana Air Bersih

Sebagai bagian integral dari persiapan untuk tradisi Mekare-Kare yang diadakan setiap bulan Juni, masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan menyelenggarakan sebuah ritual khusus yang dikenal sebagai “Ngastiti.” Ritual ini dilakukan untuk memohon kesuksesan acara ini dan memperlihatkan seberapa dalam akar spiritual tradisi mereka.

1 2 3 4 5

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan