Jakarta, Alaku News – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah mata uang di Asia menjadi perbincangan utama dalam dunia ekonomi. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, baru-baru ini mengungkapkan bahwa ringgit Malaysia mengalami pelemahan paling parah dibandingkan dengan mata uang lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Ibrahim Assuaibi, ringgit Malaysia telah melemah sekitar 8% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini. Pelemahan yang cukup signifikan ini menimbulkan perhatian pelaku pasar dan analis keuangan. Sementara itu, mata uang Rupiah Indonesia tetap stabil meskipun tekanan eksternal yang cukup besar.
Ringgit Malaysia telah mengalami penurunan nilai yang signifikan seiring dengan berbagai faktor ekonomi yang memengaruhi mata uang tersebut. Terutama, faktor seperti penurunan harga minyak dunia yang berdampak pada ekonomi Malaysia yang sangat bergantung pada ekspor minyak. Selain itu, ketidakpastian global, terutama perang dagang antara Amerika Serikat dan China, turut berkontribusi terhadap pelemahan ringgit Malaysia.
Namun, berbeda halnya dengan Rupiah Indonesia. Menurut Ibrahim Assuaibi, meskipun kondisi geopolitik sedang tidak stabil, terutama akibat perang Israel-Palestina, Rupiah Indonesia masih berada dalam tingkatan wajar. Kenaikan nilai dolar AS, yang merupakan mata uang referensi global, memang memberikan tekanan pada mata uang sejumlah negara di Asia. Namun, Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah-langkah yang efektif untuk menjaga stabilitas Rupiah dengan mempertahankan tingkat suku bunga dalam negeri.
Peran BI dalam menjaga stabilitas Rupiah telah memberikan keyakinan kepada pelaku pasar, dan ini tercermin dalam pergerakan mata uang Rupiah yang tetap terkendali. Meskipun menghadapi tantangan eksternal yang signifikan, Rupiah tetap kokoh dan tidak mengalami pelemahan sebesar ringgit Malaysia.
