Dalam menghadapi tantangan zaman yang terus berubah, seluruh negara anggota Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) telah menyadari sebuah problema yang hampir serupa di wilayah Asia Tenggara mereka. Minat dan cinta generasi muda terhadap sastra di kawasan ini terus mengalami penurunan, yang mengakibatkan kurangnya jumlah sastrawan muda, terutama kritikus sastra. Dalam Sidang ke-27 Mastera yang digelar di Kota Bandaraya, para anggota Mastera menyepakati untuk mengambil langkah konkret guna menghadapi masalah ini dan mengembangkan Mastera yang lebih adaptif terhadap perkembangan zaman.
Penurunan minat sastra di kalangan generasi muda telah menjadi isu yang mendalam di seluruh wilayah Asia Tenggara. Dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, sastra sering kali dikesampingkan oleh kegiatan-kegiatan lain yang lebih canggih dan kontemporer. Akibatnya, jumlah generasi muda yang tertarik untuk mengeksplorasi dan mencintai sastra semakin berkurang.
Dalam Sidang ke-27 Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) yang digelar di Kota Bandaraya, negara Mastera, para delegasi dari seluruh wilayah Asia Tenggara berkumpul untuk menindaklanjuti hasil putusan Musyawarah Sekretariat Mastera 2023. Sidang ini dipandang sebagai langkah penting untuk menghadapi keprihatinan serius terkait kondisi sastra di kawasan ini. Minat dan kecintaan generasi muda terhadap sastra terus mengalami penurunan, sementara Mastera hanya dikenal oleh kalangan terbatas.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), E. Aminudin Aziz, menjadi salah satu tokoh yang menyampaikan keprihatinannya di awal sidang. Dalam pidatonya, Aminudin Aziz berharap bahwa melalui Sidang ke-27 ini, seluruh negara anggota Mastera dapat bersatu untuk mencari solusi dan bersama-sama merumuskan visi yang kuat. Visi ini akan mengarah pada peningkatan pemahaman, minat, dan kecintaan generasi muda terhadap sastra serta menjadikan Mastera sebagai entitas yang lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Kepala Badan Bahasa juga menekankan pentingnya menumbuhkan bibit-bibit sastrawan muda yang kreatif, aktif, dan mumpuni. Dia menyatakan bahwa para pemuda adalah aset berharga yang dapat membawa sastra Asia Tenggara ke tingkat yang lebih tinggi, jika diberikan kesempatan dan dukungan yang tepat.
“Romantisme tidak salah. Namun, Mastera harus tetap bergerak dengan penuh optimisme menyambut masa depan. Optimisme ke masa depan hanya dapat diraih apabila seluruh negara anggota Mastera bersepakat untuk saling bekerja sama dan siap membina generasi muda agar cinta terhadap sastra. Berbekal dari masa lalu, Mastera pasti dapat melompat ke masa depan untuk menumbuhkan bibit-bibit sastrawan muda yang kreatif, aktif, dan mumpuni,” ujar Aminudin dengan semangat.
Pernyataan tersebut mendapat dukungan penuh dari Ketua Delegasi Mastera Brunei Darussalam, Awang Suip bin Haji Abdul Wahab. Dalam pidatonya, Awang Suip menggarisbawahi pentingnya adaptabilitas Mastera di era yang terus berubah. Ia menyatakan bahwa sastra Mastera harus bisa digunakan di berbagai tingkat pendidikan dan berbagai bidang ilmu.
“Sesuai dengan objektivitasnya, Mastera harus mengembangkan program-program yang selaras dengan semangat ASEAN dan berdampak besar terhadap masyarakat global,” tambahnya.
Agenda adaptabilitas ini menjadi fokus dalam Sidang ke-27 Mastera, dengan upaya bersama untuk merumuskan strategi dan program-program yang relevan dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Mastera berkomitmen untuk terus bergerak maju, menjaga warisan sastra Asia Tenggara yang kaya, dan memberikan kontribusi yang berarti terhadap perkembangan sastra global. Dengan semangat optimisme dan adaptabilitas, Mastera bertekad untuk menciptakan masa depan yang cerah bagi sastra di Asia Tenggara.
Dalam menghadapi tantangan pascapandemi COVID-19, Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) Singapura telah mengambil inisiatif kreatif untuk tetap menjalankan program pembinaan sastra. Azhar Ibrahim Alwee, Ketua Delegasi Mastera Singapura, mengungkapkan bahwa banyak program Mastera yang tidak dapat dilaksanakan secara konvensional karena pembatasan fisik yang berlangsung selama pandemi. Oleh karena itu, Mastera Singapura beralih ke platform daring, khususnya melalui aplikasi Zoom.
Program-program tersebut mencakup kelas diskusi, rapat kecil, kuliah sastra, dan seminar daring. Meskipun diadakan secara daring, kegiatan-kegiatan ini telah terbukti sangat efektif dalam penggunaan dana dan dapat menjangkau peserta dari luar komunitas sastra. Hal ini telah memberikan peluang kepada lebih banyak individu untuk terlibat dalam kegiatan sastra Mastera.
Ketua Delegasi Mastera Singapura, Azhar Ibrahim Alwee, juga mengungkapkan bahwa Singapura berkomitmen untuk memperkenalkan Mastera dalam berbagai level acara. Salah satu inisiatif penting adalah memperkenalkan Mastera dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris, bahasa Melayu, dan bahasa Indonesia, agar bisa lebih dikenal di kancah global.
“Kami ingin memperkenalkan Mastera dalam berbagai level acara. Dalam acara berlevel internasional, mari, perkenalkan sastra Mastera dengan menggunakan bahasa Inggris, sementara tetap memperkenalkan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Pada acara level ASEAN, kita akan memberikan penekanan pada bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, agar generasi muda di kawasan ASEAN merasa bangga dan mencintai sastra serta bahasanya,” kata Azhar.
Pendekatan ini mendapat dukungan dari Ketua Delegasi Mastera Malaysia, Hazami, yang berpendapat bahwa ini adalah langkah yang penting untuk mempromosikan budaya sastra Asia Tenggara dan menginspirasi generasi muda untuk mencintai sastra dan bahasanya. Dengan upaya kolaboratif yang dilakukan oleh Mastera Singapura dan dukungan dari negara-negara anggota lainnya, Mastera semakin siap untuk mengeksplorasi peluang dan menciptakan dampak yang lebih besar di dunia sastra global.
Dalam Sidang ke-27 Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), para ketua delegasi telah menyampaikan visi dan komitmen untuk menghadapi tantangan masa depan sastra di kawasan Asia Tenggara. Di bawah kepemimpinan Aminudin selaku Ketua Sidang, para delegasi bersepakat untuk mengambil langkah-langkah strategis yang akan membawa Mastera menuju masa depan yang cerah.
Pernyataan yang disampaikan oleh Ketua Delegasi Mastera Singapura, Azhar Ibrahim Alwee, dan Ketua Delegasi Mastera Malaysia, Hazami, tentang pentingnya adaptabilitas dan penggunaan berbagai bahasa dalam memperkenalkan Mastera telah menjadi inspirasi bagi seluruh anggota delegasi. Mereka sepakat bahwa Mastera harus bersiap untuk menghadapi perubahan zaman dan memperluas jangkauannya di kancah global.
Dalam arahannya, Aminudin selaku Ketua Sidang mengajak seluruh anggota delegasi untuk melakukan pemilahan program-program Mastera. Program-program yang masih relevan dan dapat dilaksanakan pada tahun 2024 akan diprioritaskan, sementara program-program yang sudah tidak relevan atau mustahil dilakukan karena faktor keterbatasan di tiap negara anggota akan digugurkan.
Agenda Mastera pada tahun 2024 yang disepakati oleh para delegasi adalah sebagai berikut:
- Perancangan Program Sastra Mastera yang Berdampak Besar dengan Pemanfaatan Teknologi: Menggunakan teknologi untuk menghadirkan program-program sastra yang inovatif dan dapat menjangkau lebih banyak orang.
- Publikasi Massif Mastera Melalui Media Sosial dan Kerja Sama dengan Universitas: Meningkatkan kehadiran Mastera di media sosial dan menjalin kerja sama yang lebih erat dengan universitas-universitas untuk menyebarkan sastra Mastera.
- Peningkatan Sastra-sastra di Kawasan Asia ke Level Dunia: Mendorong peningkatan kualitas dan visibilitas sastra Asia Tenggara di tingkat internasional.
- Penjenamaan Kembali Mastera, Khususnya bagi Generasi Muda: Mengembangkan strategi branding yang menarik bagi generasi muda agar mereka lebih mengenal dan mencintai Mastera.
- Menggencarkan Pelatihan Kritik Sastra: Melakukan pelatihan intensif dalam bidang kritik sastra untuk meningkatkan pemahaman sastra.
- Tema SAKAT 2024: Transformasi Sastra dalam Ekonomi Kreatif: Tetap memilih tema yang menarik bagi generasi muda untuk merangsang pemikiran kreatif.
- Tema Program Penulisan Mastera 2024: Penulisan Novel dengan Pelibatan Generasi Muda: Mendorong generasi muda untuk mengekspresikan diri melalui penulisan novel.
- Menyelesaikan Sisipan Lembaran Mastera yang Belum Terselesaikan: Menghormati komitmen untuk menyelesaikan proyek-proyek yang masih tertunda.
- Kegiatan Penulisan Jurnal Antarnegara: Mendorong kerja sama sastrawan di antara negara-negara anggota Mastera.
- Program-Program Mastera Secara Daring dan Pertemuan Luring: Mengkombinasikan metode daring dan pertemuan luring untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan program.
Dengan agenda yang ambisius ini, Mastera menunjukkan tekadnya untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi dunia sastra Asia Tenggara dan dunia secara keseluruhan. Semangat dan komitmen para delegasi dalam Sidang ke-27 Mastera memberikan keyakinan bahwa masa depan sastra di kawasan ini akan tetap berkilauan.