Gaya kepemimpinan populis adalah pendekatan kepemimpinan yang menekankan koneksi langsung antara seorang pemimpin dan massa rakyatnya. Pemimpin populis sering menggunakan retorika yang menarik dan emosional untuk mempengaruhi dan memobilisasi massa, dengan tujuan memperoleh dukungan dan kepercayaan dari mereka. Berikut adalah beberapa ciri umum dari gaya kepemimpinan populis:
Namun, penting untuk diingat bahwa gaya kepemimpinan populis dapat memiliki konsekuensi positif dan negatif. Meskipun mereka bisa memobilisasi dan memberdayakan masyarakat, mereka juga bisa menciptakan polarisasi, mengabaikan pluralitas, atau mengeksploitasi emosi untuk mendapatkan kekuasaan.
Gaya kepemimpinan populis memberikan warna tersendiri dalam dunia politik dan Indonesia. Mereka menganggap gaya kepemimpinan populis salah bagian aspek penting untuk membangun komunikasi dengan masyarakat. Personal branding di tengah masyarakat membuat kepemimpinan akan membangun karakteristik karismatik dan luapan terhadap kaum elit.
“Gaya kepemimpinan populis pada kadar tertentu dianggap sebagai pahlawan,” ujar Antony Lee dilangsir detiknews.
Dengan adanya beragam platform media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Tiktok dan Youtube tentu dimanfaatkan betul oleh pemimpin yang memiliki gaya popolis. Salah satunya Ganjar Pranowo gaya pendekatan melalui media sosial sangat membangun citra dirinya dan menjadi salah satu pemimpin yang dekat dengan rakyat dan bisa berbaur langsung dengan masyarakat kecil.
Mengkombinasikan penyampaian wacana politik disertai bumbu hiburan melalui media sosial cukup sukses bagi Ganjar. Hal ini karena adanya tanda ia pernah menjadi Gubernur Jawa tengah 2 Periode dan sekarang menjadi kandidat terkuat menjadi presiden pada Pemilu 2024 mendatang.
Gaya populis di Indonesia sudah cukup tumbuh subur dan berkembang setidaknya seperti yang terlihat beberapa tahun terakhir banyak politisi yang menggunakan gaya kepemimpinan populis, sebut saja Tri Rismaharini (Mantan Wali Kota Surabaya), Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat), Bima Arya Sugiarto (Wali Kota Bogor), Anies Baswedan (Mantan Gubernur DKI Jakarta), dan bahkan Presiden Joko Widodo.
Gerakan atau gaya kepemimpinan populis juga ada di Indonesia, seperti di negara-negara lain. Beberapa pemimpin atau partai politik di Indonesia telah mengadopsi pendekatan populis dalam upaya mereka untuk mendapatkan dukungan dan mempengaruhi massa. Berikut adalah beberapa contoh dan ciri gerakan populis di Indonesia:
1. Retorika Sederhana dan Emosional
Pemimpin atau partai politik di Indonesia yang mengadopsi gaya populis sering menggunakan bahasa yang sederhana dan emosional dalam komunikasi mereka. Hal ini bertujuan untuk menjangkau rakyat yang beragam dan mendapatkan dukungan lebih luas.
2. Menyuarakan Ketidakpuasan
Pemimpin populis di Indonesia sering menyoroti isu-isu yang menjadi sumber ketidakpuasan di antara rakyat, seperti ketidaksetaraan, korupsi, atau masalah sosial. Mereka menjanjikan perubahan dan solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Koneksi dengan Rakyat
Pemimpin populis di Indonesia sering mencoba untuk terhubung dengan rakyat melalui interaksi langsung, kampanye di daerah-daerah, dan media sosial. Mereka berusaha untuk menggambarkan diri mereka sebagai “suara rakyat” yang berbicara atas nama mereka.
4. Pemanfaatan Media Sosial
Media sosial digunakan secara luas oleh pemimpin populis di Indonesia untuk mengkomunikasikan pesan mereka, berinteraksi langsung dengan pendukung, dan memengaruhi opini publik.
5. Mobilisasi Massa
Pemimpin atau partai politik populis di Indonesia sering mengorganisir acara publik, pertemuan massa, dan demonstrasi untuk memobilisasi dukungan dan energi dari pendukung mereka.
6. Kritik terhadap Elit Politik
Pemimpin populis di Indonesia sering mengkritik elit politik, birokrasi, dan institusi yang dianggap mengabaikan kepentingan rakyat. Mereka menawarkan diri mereka sebagai alternatif yang lebih baik.
7. Identifikasi Musuh Bersama
Gaya populis di Indonesia sering menciptakan narasi yang membagi antara “rakyat” dan “elit,” serta menunjuk kelompok atau pihak tertentu sebagai musuh yang menghalangi kepentingan rakyat.
8. Sederhana Isu yang Kompleks
Pemimpin populis di Indonesia cenderung menyederhanakan isu-isu yang kompleks untuk membuatnya lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum.
Meskipun ada manfaat dalam menggugah partisipasi politik dan meningkatkan perhatian terhadap isu-isu masyarakat, perlu diingat bahwa pendekatan populis juga dapat memiliki risiko. Hal ini dapat menciptakan polarisasi, mengabaikan aspek kompleks dari isu-isu, atau mengorbankan stabilitas politik untuk tujuan pribadi atau partai. Sebagai masyarakat, penting untuk menganalisis secara kritis pesan dan tindakan pemimpin populis dan mempertimbangkan implikasi jangka panjangnya.